Untuk kali pertama program Jr. NBA akan melakukan pembinaan di Indonesia. Sedikitnya 100 sekolah dan komunitas pecinta basket berusia 5-14 tahun tergabung dalam program ini. Program yang akan diluncurkan pada 29 Maret ini bertujuan utuk memperkenalkan olahraga basket dan gaya hidup aktif bagi anak-anak.
   Di Filipina program serupa telah berlangsung selama tujuh tahun dengan kemitraan jangka panjang antara NBA dan FrieslandCampina melalui brand Alaska yang berhasil menjaring minat 80.000 orang, terdiri dari  pelajar, orangtua, dan guru olah raga yang turut berpartisipasi dalam program pelatihan, klinik dan aktifitas kepedulian NBA (NBA Cares).
   Para peserta Jr. NBA dilatih dasar-dasar olahraga bola basket yang baik dan mempelajari pentingnya nilai-nilai utama Jr. NBA, seperti sportivitas, Teamwork (kerjasama tim), a positive Attitude (sikap positif), dan Respect (saling menghargai) atau disingkat menjadi S.T.A.R.
   Program Jr. NBA Indonesia 2014 diluncurkan pada bulan Maret dan akan berlangsung  hingga September 2014, dengan cakupan ke lebih dari 100 sekolah dan komunitas di tahun pertama peluncurannya di Indonesia.

Agenda Jr. NBA Indonesia 2014
- 29 Maret coaches clinic atau pelatihan bagi guru olahraga di Hall Basket Senayan,
- 30 Maret open clinic atau pelatihan terbuka untuk anak-anak di Lapangan ABC Senayan pada 30 Maret,
- Seleksi pemain dan latihan menjelang Selection Camp pada bulan Agustus,
- Selection Camp : 40 anak laki-laki dan 20 anak perempuan prestasi teratas yang berusia antara 10-14 tahun berdasarkan serangkaian penilaian karakter dan keterampilan untuk nantinya turut berpartisipasi dalam Jr. NBA National Training Camp.
- 5-7 September : NBA National Training Camp  di Jakarta, akan dihadiri oleh Pemain atau Legenda NBA dan juga akan menjadi sarana untuk memperkenalkan program kemasyakatan NBA Cares.
- 10 anak laki-laki dan 4 anak perempuan berbakat terbaik yang nantinya akan dikenal sebagai Jr. NBA Indonesia 2014 All-Stars.
- Anak-anak terpilih ini akan mendapatkan kesempatan untuk merasakan pengalaman unik bersama NBA di luar negeri dan bermain melawan tim-tim dari negara lain pada akhir tahun ini.

sumber : Tribunnews

   New York - New York Knicks secara resmi mengangkat Phil Jackson sebagai presiden baru. Orang dengan gelar terbanyak di NBA itu kini memiliki kewenangan penuh. Phil secara resmi diperkenalkan sebagai presiden New York Knicks pada Kamis malam (18/3/14) waktu setempat.
   “Tak ada tempat yang lebih baik daripada Kota New York,” kata Jackson seperti dikutip dari ESPN.
  “Saya tak melihat ada peluang yang lebih besar daripada yang sudah saya dapatkan, tiga kota terbesar dan tiga franchise terbesar di Chicago, Los Angeles dan kini kembali ke tempat di mana saya memulainya. Rasanya luar biasa,” pria berusia 68 tahun itu menambahkan.
   Total Phil telah merebut 13 cincin juara NBA. 11 diantaranya sebagai pelatih, enam bersama Michael Jordan di Chicago Bulls dan lima bersama Kobe Bryant di Los Angeles Lakers. dua cincin lainnya ia raih sebagai pemain bersama Knicks.
   Jackson menandatangani kontrak sebagai presiden Knicks dengan jangka waktu lima tahun. Ia tak bersedia mengungkapkan nilainya namun menurut kabar yang beredar, Jackson mengantongi 12 juta Dolar AS atau sekitar 132,5 miliar Rupiah per tahun. Jackson dan manajer umum Steve Mills akan mempertanggungjawabkan pekerjaannya langsung kepada sang pemilik, James Dolan. Keduanya mendapat kewenangan untuk mengatur urusan tim.
   “Saya sama sekali tak bisa disebut ahli dalam bola basket. Saya adalah seorang fan, tetapi keahlian saya adalah mengurusi perusahaan dan bisnis baru. Jadi saya rasa akan keluar dari kemampuan saya saat kita bicara soal teknis tim,” kata Dolan.
 
“Saya senang sekarang kami punya tim yang terdiri dari Phil dan Steve untuk mengurusi itu, dan pekerjaan keseluruhan saya adalah mendukung mereka untuk memenangi kejuaraan. Phil Jackson berwenang penuh atas semua keputusan yang menyangkut teknis tim,” ia menegaskan.

   Kevin Harlan adalah seorang penyiar di televisi dan radio plahraga. Putra dari Bob Harlan ini lahir di Milwaukee pada 21 Juni 1960. Saat ini merupakan penyiar NFL dan Bola Basket perguruan tinggi di CBS. Harlan juga menyiarkan play by play NBA di TNT.

   Lahir pada 30 Mei 1992, Jeremy Emanuel Lamb tumbuh menjadi seorang pebasket profesional Amerika. Kini ia berkompetisi di NBA dengan memperkuat Oklahoma City Thunder. Ia adalah salah seorang Shooting Guard yang disegani di liga tersebut.

   Hampir dua dekade Los Angeles Lakers diperkuat sosok megabintang Kobe Bryant. Ia telah menyumbang lima gelar untuk klub kebanggan kota Los Angeles tersebut. Sejak bergabung pada 1996 Kobe sudah menyumbang kemenangan demi kemenangan bagi Lakers.
   Terpilih di urutan ke 13 NBA Draft '96 Kobe langsung dikirim ke LA oleh New Orleans Hornets. Dan sejak saat itu ia menjadi salah satu pemain terloyal di NBA. Kobe menjelma menjadi seorang Legenda Lakers, NBA, dan Bola Basket. Bahkan ia menjadi satu-satunya pemain yang diakui kesetaraannya denga Michael Jordan oleh Jordan sendiri.
   Namun Lakers terlalu bergantung pada Kobe. Dan di masa-masa akhir karirnya ini, ketika Kobe jatuh bangun menghadapi cidera LA Lakers mendadak menjadi tim pincang yang terseok-seok di papan bawah. Musim lalu kobe harus absen di playoff lantaran dibekap cidera. Lakers pun dilumat 4-0 oleh Spurs di ronde awal. Musim ini Kobe dilanda cidera kembali dan harus menunggu hingga desember untuk kembali, belum lama bermain ia harus keluar dari kompetisi lagi gara-gara kakinya bermasalah. Ia divonis absen sepanjang musim. Dan efeknya Lakers terpuruk di papan bawah klasemen.
   Ketika masa perjuangan Kobe sudah nampak akan usai ini menjadi sebuah pertanda baru bagi Lakers. Posisi mereka saat ini sangat menguntungkan untuk memenangi lotre top pick NBA Draft '14. Ya, kini timbul spekulasi bahwa Lakers akan segera menemukan suksesor Kobe. Berdasarkan pengalaman Beberapa klub mengalami kebangkitan setelah mendapatkan top player dari NBA Draft. Sebut saja Cleveland Cavaliers yang sudah merasakannya dua kali di era milenium ini dengan mengklaim LeBron James dan Kryie Irving. Atau Houston Rockets dan LA Clippers dengan Yao Ming dan Blake Griffin-nya. Dan juga comeback Bulls bersama Derrick Rose dari Draft 2008.
   Dari catatan sejarah Lakers sudah tiga kali mendapati first pick di NBA draft. yaitu pada tahun 1958, 1979, dan 1982. Peamin yang diangkat pun bukan sembarangan. Mereka adalah Elgin Baylor, Magic Johnson, dan James Worthy. Bukan tidak mungkin Lakers akan mendapatkan kembali kesempatan emas tersebut dan memulai kisah historic yang baru setelah kisah Abdul-Jabbar, Magic Johnson, Shaq, dan Kobe.
   Sementara itu bila dilihat dari peta persaingan saat ini Lakers bukan lagi penguasa divisi seperti pada beberapa episode sebelumnya. Saat ini divisi Atlantic dikuasai LA Clippers dan Golden State Warriors. Padahal saat Kobe sedang di puncak karirnya Lakers hampir pasti menjadi yang terbaik di Wesrten Conference.
   Nah, Kini kita tunggu saja akankah Lakers akan kembali merestart catatan historicnya?(HZ)

   Stephen Douglas "Steve" Kerr lahir di Beirut, Lebanon pada 27 September 1965 adalah seorang mantan pemain bola basket profesional Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai pemain dengan tembakan tiga-angka yang paling akurat dalam sejarah NBA (National Basketball Association) dan menjadi anggota dari lima tim bola basket yang memenangi kompetisi NBA.

   Pada tanggal 2 Juni 2007, Phoenix Suns, salah satu tim NBA, mengangkat Steve Kerr sebagai President of Basketball Operations dan General Manager organisasi tersebut. Sebagai partner pertama dari Robert Sarver (Managing Partner Phoenix Suns saat ini) dalam pembelian tim tersebut pada tahun 2004 dan yang membantu memfasilitasi kesempatan Sarver untuk membeli tim itu, Steve Kerr menjadi penasihat kepercayaan Sarver dalam mengambil keputusan mengenai bisnis bola basket selama tiga tahun terakhir.

   Sebagai putra dari Malcolm Kerr, seorang akademisi ahli perihal Timur Tengah, Steve menghabiskan sebagian besar masa kanak-kanaknya di Lebanon dan beberapa negara Arab lain, seperti Mesir dimana ia menuntut ilmu di Cairo American College. Ia meneruskan pendidikannya di SMU Palisades (sekarang bernama Palisades Charter High School) di Pacific Palisades, California. Pada tanggal 18 Januari 1984, Steve melihat hidupnya berubah drastis ketika ayahnya yang saat itu sedang menjabat sebagai Presiden American University di Beirut dibunuh oleh tersangka nasionalis militan di Lebanon.

Steve Kerr bermain untuk tim bola basket Universitas Arizona dari tahun 1983 hingga tahun 1988. Di musim panas tahun 1986, Steve ditunjuk untuk menjadi anggota tim bola basket Amerika Serikat yang bertanding di FIBA World Championship (dijuluki sebagai Kejuaraan Dunia Bolabasket) di Spanyol. Tim ini menjadi tim bola basket putra Amerika Serikat terakhir yang semua anggotanya adalah para pemain non-profesional (pemain liga mahasiswa) yang mampu merebut medali emas. Lutut Steve Kerr terluka dalam turnamen itu sehingga memaksanya untuk tidak bisa bermain membela tim universitasnya selama musim 1986-1987. Ketika ia telah sehat kembali untuk bermain, Steve berperan untuk membawa timnya, Arizona Wildcats, untuk mencapai posisi empat besar (Final Four) dalam turnamen NCAA Divisi I bola basket putra tahun 1988 bersama dengan teman satu tim-nya di NBA kelak, Sean Elliott.

Steve dipilih oleh Phoenix Suns pada putaran kedua NBA Draft tahun 1988, tapi kemudian ditukarkan ke tim Cleveland Cavaliers untuk pemain lain pada tahun 1989. Ia bermain selama tiga musim untuk tim Cavaliers (1989-1992) dan menjadi pemain Orlando Magic pada sebagian musim tahun 1992-1993. Pada tahun 1993 ia bergabung dengan Chicago Bulls. Selama musim 1993-1994 dan 1994-1995, tim tangguh Bulls terus bisa menembus babak playoff. Tanpa kehadiran Michael Jordan di kedua musim tersebut, Chicago Bulls tidak bisa meraih tiket ke final. Namun, dengan kembalinya Michael Jordan di musim 1995-1996, Chicago Bulls mencetak rekor 72-10 (72 menang, 10 kalah) dan mengalahkan Seattle Supersonics untuk meraih kembali gelar Juara NBA. Musim tersebut memberikan anugerah bagi Steve Kerr untuk menjadi anggota tim NBA yang mencetak kemenangan terbanyak di satu musim dalam sejarah.

   Steve Kerr mengumumkan dirinya pensiun dari bola basket profesional setelah turnamen NBA Finals tahun 2003. Ia bermain di 910 pertandingan yang berlangsung dalam musim biasa (bukan NBA Playoffs maupun NBA Finals), namun ia hanya menjadi pemain starter di 30 pertandingan saja, 20 diantaranya terjadi di musim kompetisi NBA tahun 1991-1992. Karier bola basketnya menghasilkan angka-angka berikut: 5.437 poin (rata-rata 6 poin per pertandingan), 1.060 rebound (rata-rata 1,2 rebound per pertandingan), dan 1.658 assist (rata-rata 1,8 assist per pertandingan). Ia juga pensiun sebagai pemain NBA dengan persentasi tembakan tiga angka terbaik untuk satu musim (52,4% tembakan tiga angka masuk di musim 1994-1995) dan selama karier (45,4%).

   Pada musim 2011-2012 Steve Kerr bekerja sama dengan 2K Sports untuk mengisi suara sebagai salah satu komentator dalam seri video game NBA 2K. Dalam game tersebut ia bergabung dalam tim komentator yang terdiri atas Kevin Harlan dan Clark Kellogg plus Dorris Burke.

   Zoran Planinic adalah pebasket berkebangsaan Kroasia yang saat ini membela klub asal Turki yaitu Anadolu Efes. Ia juga merupakan salah seorang pemain di dalam skuad tim nasional bola basket Kroasia. Ia lahir di Mostar, Bosnia-Hezergovina (Saat itu bagian Yugoslavia) pada 12 September 1982.
   Pada saat masih muda ia bermain di klub junior KK Cibona. Pada musim 1999/2000 ia memulai karir profesionalnya sebagai pemain pinjaman di Klub Benston Zagreb. Ia kembali ke KK Cibona pada tahun 2000 dan terpilih sebagai MVP di Liga Kroasia pada 2001. Ia bertahan di Cibona hingga 2003.
   Pada NBA Draft tahun 2003, pemain bertinggi badan 6 kaki 7 inchi ini dipilih oleh New Jersey Nets pada urutan ke 22 ronde pertama. Selama tiga musim di NBA Planinic menorehkan rata-rata 4 poin 1.4 rebound dan 1.1 assist per game. Namun tiga tahunnya itu tidak apa-apanya dibanding momen menakjubkannya pada musim 2005-2006. Ia melakuakan tembakan spektakuler dari ujung area pertahanan pada detik-detik akhir saat melawan Utah Jazz yang akhirnya memberikan kemenangan bagi Nets.
   Pada musim panas 2006 Planinic dan Nets sepakat untuk melepasnya kembali ke Eropa. Ia bergabung dengan Klub Spanyol yaitu TAU Ceramica, Saat itu klub tersebut masih diperkuat Tiago Splitter. Planinic berhasil meraih Piala Super Spanyol dua musim berturut-turut bersama TAU Ceramica pada 2006 dan 2007. 25 Juni 2008 Planinic meneken kontrak dengan Klub Rusia, CSKA Moscow. Dan pada tahun 2010 Klub Rusia lainnya yaitu BC Khimki mendatangkan Planinic dari CSKA. Baru pada Juli 2013 Planinic hijrah ke Klub raksasa Turki Anadolu Efes.
   Pada awal 2014 Planinic kembali menggoncan jagat. Pertandingan antara Anadolu Efes melawan EA7 Armani Milano menjadi laga paling dramatis di Europa League. Pertandingan tersisa tiga detik Milan yang unggul 58-59 mendapat hadiah berupa dua lemparah fhree throw. Eksekutor mereka, Keith Langforth sukses mengeksekusi lemparan pertama, kedudukan berubah menjadi 58-60. Namun tembakan kedua gagal melesat ke dalam ring, dengan sigap Zoran Planinic melakukan defensive rebound, berjalan beberapa langkah, dan dari ujung lapangan ia melepaskan tembakan jauh. Lagi-lagi ia menjadi pahlawan lantaran tembakannya masuk ke dalam ring dengan mulus dan membuatnya menjadi Buzzer Beater. Efes menang 61-60 dari Milan.

Patrick Ewing's early life as an immigrant from Jamaica was difficult. He rose above by dedicating himself to basketball, gaining entry in 1981 into Georgetown University, where he quickly became a team leader. He went on to play for the New York Knicks, Seattle SuperSonics and Orlando Magic. He went on to win two Olympic gold medals in basketball in 1984 and 1992, and was inducted into the Basketball Hall of Fame.

Early Life

Patrick Aloysius Ewing was born in Kingston, Jamaica, August 5, 1962, to father Carl Ewing, who worked as a mechanic, and mother Dorothy Ewing, who stayed at home to raise the family's seven children. Ewing's parents immigrated to American when Patrick was seven. However, the family suffered so much financially that Ewing remained on the island for four years with his siblings, until his parents earned enough to bring each of the children to the U.S. Ewing finally came to America at the age of 11, moving into a five-room house in Cambridge, Massachusetts, with the rest of his family.

Patrick Ewing, who was already excelling at cricket and soccer, learned to play basketball with the help of some neighborhood children playing a pick-up game. The young man, who was already six-feet six-inches by the time he was 12, took to the game very naturally. School, however, was more of a feat for Ewing, who had to take summer school classes and use the help of tutors to make his way academically.

Determined to succeed, Ewing worked hard as a high school student at Cambridge's Rindge and Latin School. On the court, Ewing led his team to three state championships, and also tried out for the 1980 Olympic team. Although he didn't make the team, the experience was a coup to the young athlete, who was the first high school student to be invited to the Olympic basketball try-outs. During this time, Ewing also joined the MIT-Wellesley Upward Bound Program, a college-prep program for economically disadvantaged high school students. The work paid off; Ewing earned entry into Georgetown University in Washington, D.C.

Georgetown Success

As a Georgetown athlete, Ewing was quickly a team leader. With the help of Ewing's leadership, the Georgetown Hoyas reached the championship game of the NCAA tournament three out of the four years Ewing was on the team. In 1984, the Hoyas won the NCAA championship and Ewing was chosen as the Outstanding Player of the tournament, beating out experienced player Hakeem Olajuwon for the title. That same year, Ewing again tried out for the U.S. Olympic basketball team. This time, he was accepted onto the team, which won the gold medal that year.

But while life on the court was successful for Ewing, the player's personal life was rocky and tumultuous. In 1983, Ewing's mother passed away from a heart attack. While still grieving for his mother, the athlete learned that high school sweetheart Sharon Stanford was pregnant with their child. Patrick Aloysius Ewing, Jr. was born May 21, 1984, while Ewing was still a college student.
Ewing was frightened by the prospect of supporting a young child as a student, but he held true to the promise he made to his mother to finish school. He turned down multiple lucrative endorsements and offers of professional ball until his graduation in 1985. That year, Ewing was in high demand by the National Basketball Association. The New York Knicks won the Draft Lottery, and selected Ewing first overall.

New York Knicks

Although he sustained several injuries his first year in the league, Ewing still managed to average 20 points, nine rebounds and two blocks per game. His performance earned Ewing the NBA Rookie of the Year title, and credibility as one of the premier centers in the league. Ewing enjoyed a successful career with the Knicks for more than 15 years, playing against opponents such as Michael Jordan, Hakeem Olajuwon and Scottie Pippin. He was named an NBA All-Star 11 times, made it to the All-NBA First Team and Second Team, and was a member of the original "Dream Team" at the 1992 Olympic Games.

In 2000, Patrick Ewing left the Knicks as part of a trade to the Seattle SuperSonics. After a year with the Sonics, and another with the Orlando Magic, he announced his retirement. On September 18, 2002, Ewing left professional basketball. That season, he took a job as assistant coach for the Washington Wizards. On February 28, 2003, Ewing's jersey, "No. 33" was retired in a ceremony at Madison Square Garden. In 2008, Ewing was inducted into the Basketball Hall of Fame.

source : http://www.biography.com/

Charles Barkley was born in Leeds, Alabama, in 1963. A high school and college star, he was drafted by the Philadelphia 76ers in the first round of the 1984 NBA draft. In 1992, Barkley joined the U.S. Olympic team, helping the infamous "Dream Team" earn the gold medal. Barkley was one of the NBA's most remembered players not only for his talent but also for his personality and courtside antics.

Early Years

Born on February 20, 1963, in Leeds, Alabama, Charles Wade Barkley is widely considered one of the forwards ever to play in the NBA. Despite his size—at just 6'4" tall—Barkley was a dominant inside presence throughout his NBA career. He's one of only four players in league history to score at least 20,000 points, collect 10,000 rebounds and hand out 4,000 assists. In 1996, he was named one of the NBA's 50 greatest players.

Still, Barkley was not initially on the radar screen of many college scouts. But in his senior year at Leeds High School, Barkley began to turn heads. Having grown six inches in just 12 months, Barkley averaged 19.1 points and 17.9 rebounds per game that year, and led the school to a 26-3 record.

In the conference semifinals, against Alabama's top player, Barkley wowed college scouts, by scoring 26 points.

That performance led Barkley to Auburn University in the fall of 1981. There, the Round Mound of Rebound, as he came to be called, was a force in the paint. Over the course of his three-year career at the school, Barkley earned several honors, including Southeastern Conference Player of the Year in 1984 and was named All-SEC player three times. He was later named to Auburn's All Century team.

Following his junior season, Barkley declared he was ready for the pros. In the spring of 1984, the Philadelphia 76ers selected the power forward with the fifth overall selection in the NBA draft.

NBA Career

The 76ers were just a year removed from an NBA title and stocked with a veteran roster that included Julius Erving and Moses Malone. For Barkley there was little transition to the pros. His rookie year, he averaged 14 points and 8.6 rebounds per game and was named to the NBA All Rookie Team.

That year, the 76ers advanced to the Eastern Conference semifinals, where the team lost to Larry Bird and the Boston Celtics.

The success of that season proved to the most the club achieved during Barkley's sometimes turbulent eight years in Philadelphia. Early on, especially, Barkley was hard to play with and coach, someone who was notoriously criticized by his teammates because of inconsistent play and temper tantrums.

But he came into his own during the 1987-1988 season, when he was named to the All-NBA team for the first of four consecutive years. In 1992, Barkley joined the U.S. "Dream Team" at the Olympics. After helping the team win the gold medal, he was sent to the Phoenix Suns where he won the MVP award and led the club to the 1993 NBA finals. In the championship round, the Suns were defeated by Michael Jordan and the Chicago Bulls in six games.
Sir Charles has become one of the NBA's most visible players due as much to his talent as to his courtside antics. He was criticized in March 1991 for "spitting" at a child, and later explained that he'd meant to hit a fan who was taunting him with racial epithets. Despite a share of negative publicity, his outgoing personality also earned him numerous commercial endorsements.

During a pre-season drill in October 1993, Barkley collapsed when his legs went numb. Though tests revealed a back injury,he announced a few days later that he would retire after the 1993-94 season. However, he decided to play after all, and in 1996, he was traded to the Houston Rockets and named one of the NBA's 50 greatest players in a ceremony marking the league's 50th anniversary.

Post-NBA Life

After retiring from the NBA, Barkley signed on to do a talk show on TNT in 2003 called Listen Up!. He currently works for the network as a studio analyst for Inside the NBA. His book, I May Be Wrong but I Doubt It, was published in 2002.

source : http://www.biography.com/

   Ada cerita menarik dibalik draft NBA tahun 1984. Di tahun tersebut Houston Rockets memegang 1st pick, Portland Trail Blazers berada di urutan kedua, dan Chicago Bulls di tempat ketiga. Seperti yang kita ketahui draft tahun 1984 merupakan pintu masuk bagi beberapa calon legenda Bola Basket seperti Michael Jordan, Charles Barkley, Hakeem Olajuwon, dan John Stockton meski pada saat itu sinar masih samar-samar. Keempat pemain tadi merupakan empat pemain dari angkatannya yang berhasil menembus Hall of fame.
   Kisah menarik yang akan saya  ceritakan menyangkut tiga tim teratas saat itu. Dalam buku karangan Olajuwon yang berjuduk "Living the Dream" disebutkan bahwa beberapa waktu menjelang draft Pihak Blazers memberi sebuah tawaran untuk Rockets. Blazers akan memberikan 2nd pick apabila Rockets mau melepas Center andalannya Ralph Sampson. Namun tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh pihak Rockets. Mereka berpegang teguh pada keinginan untuk mengkombinasikan Sampson dengan Olajuwon. Akhirnya Rockets memilih Olajuwon pada 1st pick, Blazers mengklaim Sam Bowie di urutan kedua, dan Chicago Bulls menggunakan jatahnya untuk mengambil Jordan.
   Sekarang kita pikir kembali dan bayangkan sejenak apa yang akan terjadi bila Rockets menerima tawaran Blazers. Sejarah BOLA BASKET BISA BERUBAH DRAMATIS! Rockets memilih Hakeem Olajuwon dan Michael Jordan di urutan satu-dua dan apa yang kita kenal saat ini sama sekali tidak pernah ada.
   Jordan dan Olajuwon akan membawa Rockets memimpin NBA. Belum lagi ditambah legenda Rockets lainnya Cydle Drexler menjadi trio maut. Bila di akumulasi perubahan bola basket bisa meliputi :

• Rockets akan menjuarai banyak gelar sepanjang masa aktif Olajuwon dan Jordan
• Rockets lebih jauh dominan ketimbang Bulls dan hampir setara dengan Lakers
• Tanpa Jordan Bulls tidak akan menjuai 6 gelar NBA
• Nama Chicago Bulls tidak akan mendentum sampai-sampai klub menjadi favorit era 90-an
• Dengan demikian Bulls tidak akan banyak berpengaruh di NBA dan Basket
• Trio Michael Jordan, Scotie Pippen, dan Dennis Rodman tidak akan pernah ada
• Karena Bulls tidak memperoleh 6 gelarnya maka Phil Jackson tidak memperoleh 6 dari 11 cincin pertamanya
• Dengan demikian LA Lakers bisa jadi tidak tertarik mendatangkan Phil ke Bulls sehingga Phil tidak pernah melatih Lakers dan meraih 5 cincin bersama LA, artinya Phil tidak pernah menjuarai NBA
• Tanpa adanya sosok Phil, Kobe Bryant tidak akan meraih kesuksesan hingga meraih 5 gelar di NBA. (terbukti Kobe belum meraih apa-apa selepas Phil pensiun)
• Itu artinya Lakers tidak akan mencapai 16 titel di NBA
• Dan banyak pemain sepanjang 1984 hingga1984
  yang di draft tidak seperti kenyataannya (Karena peta kekuatan berbeda)

   Banyak spekulasi mengatakan bahwa Dwight Howard adalah penerus Shaquille O'Neal. Benarkah? Mungkin saja ! hal ini dibuktikan oleh beberapa kesamaan diantara keduanya. Apa sajakah kesamaan tersebut? Berikut ulasannya.

Bertubuh Besar
   Tubuh besar, kekar, raksasa. Demikianlah tanggapan orang yang melihat perawakan Shaquille O'neal. Tidak jauh beda dari Dwight Howard. Hanya saja disini Howard lebih ramping dibanding Shaq yang benar benar nampak seperti sebuah bola raksasa.

Bermain Sebagai Center
   Keduanya memiliki tubuh yang kekar, cocok sebagai Center dalam permainan bola basket. Dan kenyataannya memang keduannya berposisi sebagai seorang Center. Dan terbukti baik dalam bertahan.

Mengawali karir di Orlando
   Shaq memulai perjalanannya di NBA bersama Orlando Magic pada tahun 1992. Ia menjadi pahlawan utama Magic meski tak memberi gelar apapun. Samahalnya dengan Howard yang menjalani musm pertamannya bersama Orlando Magic pada 2004 silam.

Hijrah Magic ke Lakers
   Pada akhir 90-an Shaq memutuskan untuk pindah ke LA untu bermain bersama Lakers. Alhasil ia meraih 3 gelar beruntun. Dwight Howard melakukan hal serupa, ia meninggalkan Magic untuk menuju ke LA Lakers. Namun bedanya Howard tak meraih apa-apa di Lakers dan langsung pergi setelah satu musim.

Dijuluki Superman
   Julukan Superman melekat pada diri Shaq O'neal. Tidak hanya itu "Superman" juga melekat pada tubuhnya, yaitu terletak pada tatto di lengannya. Howard pun juga memiliki ikatan dengan julukan Superman. Pada Slam Dunk Contest 2009 ia membuktikan Jiwa Supermannya dengan melakukan Dunk mengenakan Jubah Superman.

Tumit Acchilles
   Garang di bawah ring dengan Dunk monster yang mematikan itulah Shaq dan Howard. Namun keduannya mempunyai kelemahan yang sepele, yaitu eksekusi Free throw yang lemah. Sehingga begitu dilanggar keduanya mati kutu. Karena kelemahannya itu muncul istilah Hack-a-Shaq, dan pada tahun 2013 lalu muncul pula istilah serupa yaitu Hack-a-Howard.

    Demikianlah persamaan antara dua megabintang Shaq O'neal dan Dwight Howard. Menurut anda Howard titisan Shaq? (HZ
)

   Hari ini Salah satu legenda bola basket NBA berulang tahun. Dia adalah Shaquille O'Neal atau yang akrab disapa Shaq. Center legendaris ini telah menghabiskan karirnya di berbagai tim raksasa mulai dari Magic dan berakhir di Celtics.
   Berbagai prestasi ia torehkan selama di NBA. Total ia meraih empat cincin juara selama 19 musim berkarir di liga bola basket paling bergengsi sejagat. Dari empat gelar tersebut tiga diantaranya ia raih bersama Los Angeles Lakers dengan rekor Three Peat alias tiga juara musim beruntun pada awal milenium. Saat itu ia berduet dengan Kobe Bryant muda. Namun setelah itu terjadi perselisihan diantara keduanya sehingga Shaq harus pergi dari Lakers.
   Shaq yang lantas hijrah ke Miami Heat mampu membuktikan konsistensinya dengan menambah cincin juaranya, Sementara Kobe gagal meneruskan kejayaan Lakers dan justru mengawali paceklik panjang. Banyak pendapat mengatakan bahwa duet Shaq-Kobe adalah yang terbaik sepanjang masa, dan juga banyak pendapat bahwa "Apabila Shaq dan Kobe terus bersama mereka bisa meraih tiga sampai lima gelar lagi". Dan pada tahun 2009 secara mengejutkan keduannya terbilih menjadi pemenang bersama NBA All-Star MVP setelah membawa tim Barat mengalahkan tim Timur. Ini adalah kali pertama prestasi tersebut diraih lebih dari satu pemain.
   Total dalam 19 tahun perjalanannya Shaq telah membela beberapa tim dan berduet dengan pemain-pemain hebat. Mengawali karir di Orlando Magic Shaq langsung menjelma menjadi monster mengerikan, ia bahkan dijuluki The Diesel. Akhir 90-an Ia pindah ke LA Lakers dan menorehkan sejarah bersama Kobe Bryant. Perselisihan mengasingkan Shaq ke Miami Heat, bersama Dwyane Wade ia mempersembahkan gelar Juara pertama dalam sejarah Heat. Setelah cukup lama tidak meraih gelar lain Shaq pindah ke Phoenix Suns dan menjadi partner Steve Nash. Tak lama ia dipinang Cleveland Cavaliers untuk memenuhi keinginan LeBron James yang minta ditransfer bila tidak kunjung juara bersama Cavs. Namun kedatangannya tak berbuah apa-apa baik Shaq ataupun LeBron kompak meninggalkan Cavs. Shaq memperkuat rival abadi Lakers yaitu Boston Celtics. Hingga akhirnya pada 2011 ia memutuskan untuk pensiun.
   Shaq merupakan tipe pemain yang garang dibawah ring. Ia terkenal dengan Two Handed Dunk nya yang mematikan, bahkan sampai pernah memecahkan papan backboard ring. Itu sebabnya ia ditakuti. Namun seperti Acchilles, Shaq tetaplah bertumit. Kelemahan utamanya adalah eksekusi free throw yang buruk. Pemain yang kesulitan menghadapinya tinggal melanggarnya, dan seperti yang diduga Shaq tak berdaya.(HZ
)

Passing merupakan keterampilan penting dalam permainan bola basket, dan memiliki berbagai jenis. Kunci melakukan passing adalah menemukan pemain yang terbuka dan memilih jenis passing yang tepat.

Dua jenis paling umum adalah chest pass dan bounce pass

1. Chest Pass
   Bola dioper dari daerah dada langsung ke teman dengan sedikit busur tanpa pantulan. Ini adalah cara mengoper yang paling mudah diterima.
2. Bounce Pass
   Bola dioper dari daerah dada atau daerah pinggang dengan cara dipantulkan sekali pantulan ke arah teman. Ini adalah cara yang sulit dipotong lawan karena bola memantul dekat kaki lawan dan mereka tidak punya cukup waktu untuk meraih bola pantul tersebut. Itulah mengapa Bounce pass sangat efektif dan populer.

Berikut beberapa tips mengoper :
1. Oper dengan dua tangan. Dengan mengoper dengan dua tangan anda memiliki kontrol yang lebih dan dapat dengan mudah menempatkan backspin pada bola.
2. Bergerak ke posisi kawan. Masukkan berat badan anda ke arah operan untuk memastikan kecepatan yang tepat dan terkendali.
3. Selalu mengikuti. Sama seperti penemembak yang baik, seorang passer yang baik akan mengoper sambil mengikuti arah operan.
4. akhiri dengan ibu jari menunjuk ke bawah. Jempol harus menunjuk ke bawah pada akhir operan. Hal ini memastikan operan anda lebih mudah ditangkap
5. Buat kawan merasa nyaman. Jangan menggunakan kecepatan yang terlalu tinggi, dan selalu membaca bahasa tubuh kawan anda apakah ia siap untuk menerima bola? dimana tangan mereka?
6. Menghindari defender. Pemain bertahan yang agresif akan melewati jalur operan dan melakuan tipped (potongan). Lebih baik oper ke kawan yang berada diluar penjagaan lawan.
7. Membuat operan mudah. Kebanyakan turnover amatir terjadi karena pemainn melakukan operan sulit dan asal-asalan. Dengan berfikir cerdas mencari momen yang tepat akan membuat operan terasa lebih mudah dan mulus.
8. Pahami tangan kawan. Kawan yang telah siap menembak akan siap menerima bola. Pastikan dimana posisi tangan kawan anda, lakukan passing yang sekirnya mudah untuk dikonversikan menjadi shooting.
9. Beri insturksi secukupnya. Jangan terlalu sering memanggil/meminta kawan untuk menerima bola. utamakan untuk mencari kawan yang benar-benar sudah siap menerima bola agar timing tepat.
10. Gunakan trik dengan hati-hati. Trik-trik dalam mengoper bisa memberi keuntungan bila dilakukan dengan benar dan baik. tetapi bila belum profesional justru bisa menjadi biang turnover.
11. Jangan melompat. Jika anda melompat anda tidak boleh mendarat dengan bola di tangan. Dan yang paling umum terjadi adalah mengoper dengan terpaksa sehingga operan yang dihasikan buruk.
12. Pilih target. Jangan buang bola ke sumber suara kebanyakan teman anda. Ini bereiko terjadi kesalah pahaman diantara kawan-kawan anda.
13. BONUS : Latihan passing. Lakukan permainan biasa tanpa dribble, ini akan membuat lebih banyak passing.

Di bawah ini adalah tips menerima bola :
1. Menangkap dengan dua tangan dan meraih dengan otot. Dengan dua tangan bola akan lebih terkendali dan mengurangi dorongan dari bola. Anda juga akan lebih mudah meneruskan operan menjadi tembakan atau tripple.
2. Datang ke bola. Jika anda menunggu bola datang ke anda, lawan punya kesempatan yang lebih besar untuk memotong bola di udara. Setelah rekan mengoper bola tugasnya selesai, dan ketika bola melampung giliran anda yang bertugas mendapatkan bola.(HZ)

NBA Reader