Rumus Menciptakan Tim Juara di NBA (Part 2)
10.32Setiap tim tentu ingin menjadi juara di NBA. Beberapa langkah harus dilakukan setiap manajemen klub.
Langkah 1: Memiliki seorang superstar dalam tim
Superstar artinya bintang lapangan yang paling bersinar dalam tim tersebut. Namun bintang seperti apa yang layak disebut sebagai superstar? Setiap tahun banyak ’superstar’ yang dipasangkan bersamaan dalam satu tim namun gagal untuk mencapai sukses di playoffs. Duet Baron Davis dan Zach Randolphkah yang disebut superstar? Yao dan Tracy McGrady kah? Belum lolos dari ronde 1 playoffs. Lalu apa yang membedakan superstar seperti Stephon Marbury dan TMac dari superstar yang bisa membawa timnya menuju cincin juara? Ketika Michael Jordan datang ke NBA untuk pertama kalinya, ia memiliki rata-rata 28.2 points per game dengan FG% yang sangat efisien-51.5 percent, 84.5 percent dari garis free throw, dan masih ditambah 5.9 assists dan 6.5 rebounds per gamenya. Sebagai seorang pelatih, anda bisa mencoba untuk tidak membiarkan Jordan memegang bola atau memaksa Michael untuk mengambil tembakan-tembakan yang sulit. Kedua pilihan tersebut dapat dibuat menjadi taktik yang gagal ketika pemain tersebut sedang on fire dengan tembakannya. Namun ketika shooting pemain tersebut tidak jalan dan ditrap lawan dengan lebih dari satu orang, superstar tersebut tahu bagaimana cara mengalahkan double team. Akan lebih mudah bagi rekan setimnya jika pemain seperti Duncan/Jordan yang meraih perhatian ekstra ketat dari lawan mau mengoper bola pada pemain lain yang terbuka lebar untuk menembak.
Superstar juga harus mengusung konsep tim di luar lapangan basket. Dalam beberapa tahun terakhir di San Antonio, tidak pernah saya dengar berita jelek tentang Tim Duncan dari ruang ganti pemain. Ia tidak pernah menggerutu soal berapa lama ia dimainkan, bagaimana pelatih menggunakannya dalam sebuah tim. Betapapun hebatnya seorang pelatih, sebuah tim dimulai dari pemain terbaiknya alias superstar. Superstar yang mengerti dan bisa menjalankan konsep ‘tim’ dalam permainannya baik di dalam maupun di luar lapangan adalah superstar yang berbahaya
Langkah 1a: Superstar tersebut masuk dalam All-NBA 1st Team
Selain mengerti konsep permainan tim, superstar dalam tim juara juga harus mendapat penghargaan sebagai pengakuan pemain terbaik minimal di posisinya masing-masing. Menurut www.82games.com/dennis, 92% dari juara NBA mempunyai seorang pemain yang terpilih dalam All-NBA 1st Team [yaitu 49 juara NBA dari musim 1956-57 sampai musim 2004-05], alias 5 pemain terbaik di NBA musim tersebut. Detroit Pistons tahun 2003-04 adalah contoh tim juara yang tidak memiliki superstar yang terpilih dalam All-NBA 1st Team tahun itu. Walaupun begitu, kita tahu bahwa para calon superstar dari tim Pistons tersebut mengusung konsep permainan tim. Mereka tidak peduli siapa yang menjadi top skorer pada setiap pertandingan, siapa yang menjadi bintang, dan siapa yang mendapat kredit sebagai pemain paling berarti di timnya. Superstar yang mengusung konsep permainan tim berhasil mengalahkan Lakers untuk menjadi juara tahun 2004 lalu.
Langkah 1b: Superstar tersebut masuk dalam All-Defensive 1st Team
Pernah dengar istilah Defense Wins Championships? Menurut www.82games.com/dennis, 81% dari juara NBA memiliki pemain yang tergabung dalam All-Defensive 1st Team Selection [49 tim juara dari Celtics musim 1956-57 sampai Spurs musim 2004-05]. Ketika pemain dari All-Defensive 2nd Team ikut dimasukkan, maka persentasinya meningkat ke 89%. Pernah dengar dengan reputasi San Antonio Spurs yang dikagumi lawan dengan defensenya yang mengunci dan mematikan pergerakan lawan? Spurs bermain dengan kontinuitas: sistem penyerangan yang metodikal dan sistem pertahanan yang mengambil oksigen yang dihirup musuh mereka. Pergerakan lawan dipelajari dan strategi untuk mematikan superstar lawan pun dilakukan [anda masih ingat, LeBron?]
Kalau reputasi defense Spurs masih kurang terkenal, bagaimana dengan juara bertahan Celtics yang mengusung konsep defense? Bermula dari Garnett sebagai pemimpin defense Celtics secara skill dan emosional. Intensitasnya yang berlebih sebagai jangkar defense pun merambat dan menular ke seluruh pemain dalam tim, sampai pemain seperti Ray Allen dan Paul Pierce. Suns era Mike D Antoni sudah terbukti gagal meraih juara dimana defense selalu menjadi kelemahan mereka. Dalam soal defense superstar(s) Spurs punya Robinson, Duncan dan Bruce Bowen. Celtics punya Garnett yang terpilih sebagai defensive player of the year tahun itu. Bulls punya MJ and Pippen. Lakers punya Shaq dan Kobe. Semua tim juara memiliki defensive ace dalam timnya untuk menghentikan superstar dari tim lainnya meraih cincin juara...[bersambung ke RUMUS UNTUK MENCIPTAKAN TIM JUARA DI NBA PART 3]
Langkah 1: Memiliki seorang superstar dalam tim
Superstar artinya bintang lapangan yang paling bersinar dalam tim tersebut. Namun bintang seperti apa yang layak disebut sebagai superstar? Setiap tahun banyak ’superstar’ yang dipasangkan bersamaan dalam satu tim namun gagal untuk mencapai sukses di playoffs. Duet Baron Davis dan Zach Randolphkah yang disebut superstar? Yao dan Tracy McGrady kah? Belum lolos dari ronde 1 playoffs. Lalu apa yang membedakan superstar seperti Stephon Marbury dan TMac dari superstar yang bisa membawa timnya menuju cincin juara? Ketika Michael Jordan datang ke NBA untuk pertama kalinya, ia memiliki rata-rata 28.2 points per game dengan FG% yang sangat efisien-51.5 percent, 84.5 percent dari garis free throw, dan masih ditambah 5.9 assists dan 6.5 rebounds per gamenya. Sebagai seorang pelatih, anda bisa mencoba untuk tidak membiarkan Jordan memegang bola atau memaksa Michael untuk mengambil tembakan-tembakan yang sulit. Kedua pilihan tersebut dapat dibuat menjadi taktik yang gagal ketika pemain tersebut sedang on fire dengan tembakannya. Namun ketika shooting pemain tersebut tidak jalan dan ditrap lawan dengan lebih dari satu orang, superstar tersebut tahu bagaimana cara mengalahkan double team. Akan lebih mudah bagi rekan setimnya jika pemain seperti Duncan/Jordan yang meraih perhatian ekstra ketat dari lawan mau mengoper bola pada pemain lain yang terbuka lebar untuk menembak.
Superstar juga harus mengusung konsep tim di luar lapangan basket. Dalam beberapa tahun terakhir di San Antonio, tidak pernah saya dengar berita jelek tentang Tim Duncan dari ruang ganti pemain. Ia tidak pernah menggerutu soal berapa lama ia dimainkan, bagaimana pelatih menggunakannya dalam sebuah tim. Betapapun hebatnya seorang pelatih, sebuah tim dimulai dari pemain terbaiknya alias superstar. Superstar yang mengerti dan bisa menjalankan konsep ‘tim’ dalam permainannya baik di dalam maupun di luar lapangan adalah superstar yang berbahaya
Langkah 1a: Superstar tersebut masuk dalam All-NBA 1st Team
Selain mengerti konsep permainan tim, superstar dalam tim juara juga harus mendapat penghargaan sebagai pengakuan pemain terbaik minimal di posisinya masing-masing. Menurut www.82games.com/dennis, 92% dari juara NBA mempunyai seorang pemain yang terpilih dalam All-NBA 1st Team [yaitu 49 juara NBA dari musim 1956-57 sampai musim 2004-05], alias 5 pemain terbaik di NBA musim tersebut. Detroit Pistons tahun 2003-04 adalah contoh tim juara yang tidak memiliki superstar yang terpilih dalam All-NBA 1st Team tahun itu. Walaupun begitu, kita tahu bahwa para calon superstar dari tim Pistons tersebut mengusung konsep permainan tim. Mereka tidak peduli siapa yang menjadi top skorer pada setiap pertandingan, siapa yang menjadi bintang, dan siapa yang mendapat kredit sebagai pemain paling berarti di timnya. Superstar yang mengusung konsep permainan tim berhasil mengalahkan Lakers untuk menjadi juara tahun 2004 lalu.
Langkah 1b: Superstar tersebut masuk dalam All-Defensive 1st Team
Pernah dengar istilah Defense Wins Championships? Menurut www.82games.com/dennis, 81% dari juara NBA memiliki pemain yang tergabung dalam All-Defensive 1st Team Selection [49 tim juara dari Celtics musim 1956-57 sampai Spurs musim 2004-05]. Ketika pemain dari All-Defensive 2nd Team ikut dimasukkan, maka persentasinya meningkat ke 89%. Pernah dengar dengan reputasi San Antonio Spurs yang dikagumi lawan dengan defensenya yang mengunci dan mematikan pergerakan lawan? Spurs bermain dengan kontinuitas: sistem penyerangan yang metodikal dan sistem pertahanan yang mengambil oksigen yang dihirup musuh mereka. Pergerakan lawan dipelajari dan strategi untuk mematikan superstar lawan pun dilakukan [anda masih ingat, LeBron?]
Kalau reputasi defense Spurs masih kurang terkenal, bagaimana dengan juara bertahan Celtics yang mengusung konsep defense? Bermula dari Garnett sebagai pemimpin defense Celtics secara skill dan emosional. Intensitasnya yang berlebih sebagai jangkar defense pun merambat dan menular ke seluruh pemain dalam tim, sampai pemain seperti Ray Allen dan Paul Pierce. Suns era Mike D Antoni sudah terbukti gagal meraih juara dimana defense selalu menjadi kelemahan mereka. Dalam soal defense superstar(s) Spurs punya Robinson, Duncan dan Bruce Bowen. Celtics punya Garnett yang terpilih sebagai defensive player of the year tahun itu. Bulls punya MJ and Pippen. Lakers punya Shaq dan Kobe. Semua tim juara memiliki defensive ace dalam timnya untuk menghentikan superstar dari tim lainnya meraih cincin juara...[bersambung ke RUMUS UNTUK MENCIPTAKAN TIM JUARA DI NBA PART 3]
0 komentar