Memiliki Sebuah Tim NBA Sama Seperti Membeli Lukisan Van Gogh, Yaitu Sebuah Kepuasan Batin

08.48

Memiliki sebuah tim NBA bukanlah sebuah bisnis biasa. Sama saja seperti membeli lukisan Van Gogh, yaitu sebuah kepuasan batin. Tim Sportku.com akan menjelaskan argumen di atas dari sudut pandang seorang Malcolm Gladwell.

Dalam beberapa diskusi olahraga profesional, peran dari kepuasan batin dalam memiliki sebuah klub basket tidak mendapat banyak perhatian. Tapi sehubungan denganLockout NBA di tahun 2011, saat ini dirasa harus untuk memperhitungkan sejauh mana kepuasan batin dalam memiliki tim NBA berpengaruh terhadap perselisihan para pemilik dan pemain di NBA dalam situasi lockout. Karena memahami hal tersebut adalah kunci untuk mengerti segala jenis perilaku pemilik tim olahraga.

Dari perspektif pemilik klub, alasan terjadinya NBA lockout adalah karena mereka menganggap memiliki sebuah tim NBA sebagai sebuah bisnis. Dan seperti bisnis pada umumnya, seharusnya memiliki tim NBA menghasilkan uang. Dan kala keuntungan mulai merosot, bisnis ini wajib memotong biaya agar untung kembali, dalam hal ini memotong gaji para pemain.

Sebagai tanggapannya, asosiasi pemain mengatakan dua hal. Pertama, tim bola basket sebenarnya bisa menghasilkan uang. Kedua, jika tim ini tidak menghasilkan uang, maka ini bukanlah kesalahan yang ditimpakan pada pemain.

Bukan salah Rashard Lewis apabila ia menerima gaji $20 juta per tahun, namun timnya tidak berperforma baik sehingga merugi. Owner meminta gaji pemain dipotong, padahal sebenarnya mereka hanya meminta agar mereka bisa terlindungi dari kesalahan yang mereka buat sendiri.

Inilah letak permasalahnya. Kedua pihak kehilangan titik temu dari masing-masing argumentasinya. Masalahnya bukan berapa banyak uang yang bisa dihasilkan dari bisnis memiliki sebuah tim NBA. Namun masalahnya adalah pada dasarnya memiliki sebuah tim bola basket [NBA] bukanlah sebuah bisnis -- dan apabila memiliki sebuah tim bola basket tidak dianggap sebagai sebuah bisnis, maka berapa banyak uang yang dihasilkan tidaklah relevan.

Tentu saja tim bola basket terlihat seperti bisnis. Mereka memiliki karyawan, pelanggan, kantor, produk dan mereka cenderung dimiliki orang kulit putih Amerika yang kaya. Tapi sekarang ini tim olahraga profesional tidak beroperasi di pasar bebas seperti bisnis biasanya.

Karyawan mereka rata-rata berusia 25 tahun dan digaji jutaan dolar per tahun. Pelanggan mereka biasanya loyal dan secara emosional terlibat dalam hasil yang diraih oleh sang karyawan/produknya -- tentu ini dianggap tidak sehat secara psikologis.

NBA pun bisa mengontrol karyawan mereka melalui draft, sebuah cara yang akan membuat iri para pemilik bisnis swasta lainnya. Dan bisnis olahraga basket diperlakukan dengan baik oleh pemerintah. Sejak tahun 2000 sudah delapan stadion bola basket dibangun atau direnovasi untuk tim NBA dan menghabiskan dana sekitar US$ 2 milyar – dimana sekitar US$ 1,75 milyar dana terkumpul dari masyarakat [public funds]. Dan tahukah Anda, menurut kode pajak federal, NFL diklasifikasikan sebagai organisasi non profit?

Tapi sebagian besar dari pemilik tim olahraga profesional tidak harus berperilaku seperti pengusaha. Contohnya owner Dallas Mavericks Mark Cuban, pemilik klub Boston Red Sox - Tom Yawkey, dan ada juga bos Washington Redskins - Dan Snyder.

Snyder adalah seorang pengusaha yang brilian, dimana pada usia 36 tahun ia menjual Snyder Communications, sebuah perusahaan pemasaran yang dibangun dari nol sampai bernilai sekitar US$ 2 milyar sekarang. Ia kemudian menjalankan tim Redskins seperti seorang anak berusia 14 tahun.

Snyder Communications adalah sebuah bisnis dan Redskins adalah sebuah mainan untuk Dan Snyder. Perusahaan yang pertama (Snyder Communications) ia jalankan dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Redskins dibelinya hanya untuk kepuasan batin sebagai hasil dari menjalankan bisnis Snyder Communications secara disiplin dan rasional selama bertahun-tahun.

Tom Yawkey, pemilik klub Boston Red Sox, tidak memiliki alasan bisnis untuk membeli Red Sox. Dia mewarisi US$ 40 juta dari kakeknya ketika ia berusia 30 tahun pada 1933 (sekarang uang itu bernilai sekitar US$ 700 juta). Dia jatuh cinta dengan baseball ketika tumbuh besar di Detroit.

The Financial Times baru-baru ini mewawancarai Diego Della Valle, kepala eksekutif dari produsen barang-barang mewah asal Italia bernama Tod’s. Della Valle memiliki klub sepak bola di Serie A Italia, bernama Fiorentina. “Saya bertanya apakah keputusan untuk membeli klub itu dibuat dari hati, atau untuk alasan bisnis,” pewawancara Financial Times menulis. Della Valle pun menjawab: “Dengan sepakbola, alasan bisnis tidak ada.” Tepat sekali.

Ilustrasi terbaik dari kepuasan batin adalah pasar seni. Kolektor seni membeli sebuah lukisan karena dua alasan. Pertama, mereka tertarik pada lukisan sebagai sebuah investasi -- dengan cara yang sama juga mereka akan melihat dan membeli saham di General Motors. Kedua, mereka tertarik pada lukisan sebagai sebuah lukisan -- yaitu sebagai sebuah obyek yang indah.

Baru-baru ini dalam sebuah makalah di Buletin Ekonomi, ekonom Erdal Atukeren dan Aylin Seckin menggunakan berbagai cara-cara cerdas untuk mengukur value [nilai] sebuah kepuasan batin dari harga barang yang dibeli, dan mereka menaruhnya pada angka 28 persen.

Dengan kata lain, jika anda membayar US$ 100 juta untuk sebuah lukisan Van Gogh, kira-kira uang US$ 28.000.000 dari harga barang tersebut adalah harga yang anda harus bayar untuk sebuah kegembiraan saat melihat lukisan tersebut setiap paginya.

Jika uang US$ 28.000.000 terlihat seperti sejumlah uang yang banyak, sebenarnya tidak juga. Tidak banyak lukisan Van Goghs yang dijual di pasaran, dan lukisan tersebut sangat indah. Jika anda benar-benar peduli dan menghargai karya seni, membayar harga premium sangatlah masuk akal. Kembali lagi ke pokok permasalahan, memiliki sebuah tim olahraga profesional kurang lebih sama seperti memiliki sebuah karya seni.

Majalah Forbes memperkirakan nilai dari setiap tim/franchise olahraga profesional [didasarkan pada standar metrik keuangan seperti biaya operasional, penjualan tiket, pendapatan dan aset fisik seperti stadion] semakin tinggi setiap tahunnya. Ketika tim olahraga beralih [dijual] ke pemilik lain, bagaimanapun, harga penjualan yang sebenarnya selalu lebih tinggi dari perkiraan nilai jual saat itu.

Forbes menghargai Detroit Pistons dengan value sekitar US$ 360 juta dan laku terjual pada harga US$ 420 juta (ada margin US$ 60 juta). Forbes menilai Washington Wizards pada angka US$ 322 juta dan laku terjual dengan harga US$ 551 juta (margin US$ 129 juta) .

Hal yang sama terjadi saat Golden State Warrios terjual ke pemilik baru. Forbes menilai tim yang bermarkas di Oracle Arena itu seharga US$ 363 juta dan akhirnya laku terjual US$ 450 juta (margin US$ 90 juta).

Ada sejumlah alasan mengapa nilai angka yang dilansir Forbes secara konsisten terlalu rendah dari harga jual tim basket itu. Yang paling sederhana, Forbes telah mengevaluasi secara ketat standar metrik keuangan setiap tim.

Meski orang-orang kaya ini membeli tim tersebut di atas nilai harga jual Forbes, tapi orang-orang ini memang penuh semangat dan peduli dengan olahraga. Kelebihan US$ 90 juta saat membeli Warriors adalah sama seperti membayar kepuasaan batin dari memiliki sebuah tim olahraga.

Tidak banyak tim NBA yang ada sekarang [hanya 30 tim], dan tidak semuanya mau dijual oleh pemiliknya saat ini. Tim NBA sama seperti layaknya sebuah karya yang sangat indah.

Perbedaan besar antara seni dan olahraga, tentu saja, adalah kolektor seni jujur tentang kepuasan batin. Mereka tidak bangun suatu hari, berpura-pura bahwa melihat sebuah lukisan Van Gogh menjadi tidak indah lagi, dan menuntut kembali uang mereka [refund] sebesar US$ 28 juta dari agen seni mereka.

Namun kelakuan ini persis dengan apa yang dilakukan oleh setiap pemilik tim di NBA sekarang. Mereka terlibat dalam fantasi bahwa apa yang mereka jalankan adalah sebuah bisnis reguler -- padahal memiliki sebuah tim NBA bukanlah bisnis biasa. Dan mereka meminta kita untuk percaya bahwa bisnis memiliki tim NBA merugi.

Tapi tentu saja pemilik tim NBA hanya merugi ketika value kepuasan batin dari memiliki sebuah tim NBA adalah nol -- dan jika anda menilai kepuasan batin pada angka nol, maka seharusnya anda tidak membeli tim NBA. Anda harus menjual bisnis anda pada seseorang yang benar-benar menyukai olahraga basket.

Memiliki Sebuah Tim NBA Sama Seperti Membeli Lukisan Van Gogh, Yaitu Sebuah Kepuasan Batin

Memiliki Sebuah Tim NBA Sama Seperti Membeli Lukisan Van Gogh, Yaitu Sebuah Kepuasan Batin

You Might Also Like

0 komentar