PEMBATASAN UMUR DI NBA

11.21


KUBU 1

Kevin Garnett

LeBron James

Tracy McGrady

Jermaine O’Neal

Kobe Bryant

Dwight Howard

Rashard Lewis

VS

KUBU 2

Kwame Brown

Shaun Livingston

Eddy Curry

Darius Miles

Jonathan Bender

Leon Smith

Ndudi Ebi

Gerald Green

Apakah yang membedakan nama-nama dari kubu pertama dan nama-nama dari kubu kedua? Pada dasarnya adalah sama. Nama yang disebut di atas adalah contoh dari para atlet yang mengambil keputusan untuk terjun ke NBA setelah mereka lulus SMU. Kubu pertama memiliki cerita-cerita sukses di NBA. Sedangkan para pemain dari kubu kedua adalah kumpulan nama-nama pemain yang karir NBA-nya tidak bersinar secerah nama-nama dari kubu pertama. Kubu pertama adalah daftar pemain-pemain yang merasakan suksesnya menjadi pemain dengan status superstar di pentas NBA. Sedangkan kubu kedua adalah contoh pemain yang gagal [menjadi superstar], karena berbagai alasan mulai dari kemahiran bermain basket sampai watak buruk yang melandaskan awal dari kegagalan mereka bersinar di ajang basket paling kompetitif ini.

Ironi inilah yang mencuri perhatian sang komisioner NBA [David Stern]. Ia berkesimpulan bahwa penyebab utama kegagalan para atlet ini adalah ketidaksiapan mereka baik secara fisik maupun mental. Inilah yang menjadi salah satu landasan mengapa kini diberlakukan Age Limit Regulation di NBA [pembatasan umur minimum pemain yang ingin bermain di NBA], yang sebenarnya sudah mulai berjalan sejak tahun 2006 yang lalu. Walau sebenarnya banyak juga alasan lain yang memancing diberlakukannya peraturan ini. Salah satu diantaranya adalah kekhawatiran NCAA atas sebagian kritik yang mengatakan bahwa liga basket di level mahasiswa sudah tidak semenarik [sehubungan dengan talenta pemain yang ada di liga tersebut] di masa lampau. Para pemain dengan talenta yang luar biasa sudah lebih dulu melakukan lompatan ke NBA di usia muda karena alasan ekonomi. Aturan age limit regulation ini juga menyebabkan beberapa pemain bagus yang lulus dari SMU bermain ke liga Eropa, dengan motivasi bisa menghasilkan uang lebih banyak [jika dibandingkan dengan NCAA] sebelum masuk ke NBA. Namun bermain di liga Eropa selama setahun bukan tanpa hal negatif buat pemain. Tentunya para pencari bakat harus mengeluarkan ongkos lebih, jika ingin melihat performa mereka [langsung] bermain di Eropa. Otomatis stock mereka di draft bisa terancam turun.

Dulu pernah diberlakukan sebuah aturan yang menyatakan bahwa bagi para atlet basket yang ingin bermain di NBA harus berusia setidaknya 17 atau 18 tahun jika mereka berasal dari Amerika Serikat. Sedangkan untuk para pemain yang berasal dari luar Amerika harus berusia minimum 18 tahun. Lalu peraturan batasan umur tersebut diubah lagi menjadi minimal 19 tahun. Alasan inilah yang menyebabkan Greg Oden, Kevin Durant harus terlebih dahulu melalui transisi bermain selama setahun di NCAA sebelum terjun ke NBA [karena mereka baru berusia 18 tahun ketika lulus SMU]. Beberapa bulan terakhir ini, David Stern sudah mengutarakan keinginannya untuk mengubah batas umur masuk ke NBA menjadi [minimal] 20 tahun, berarti setahun lebih lama dari peraturan sebelumnya. Tetapi mungkin peraturan ini baru akan diberlakukan di tahun 2011. Menurut Stern [dan juga Phil Jackson] aturan batasan minimum bermain dua tahun di college adalah sesuatu yang harus dilakukan. Artinya: paksa anak-anak tersebut untuk bersekolah terlebih dulu selama dua tahun, sebelum mereka menjadi pemain pro. Disinilah timbul pro dan kontra hebat di kalangan atlet, komentator, bahkan para kritikus. Jermaine O’Neal adalah salah satu diantara mereka yang paling vokal menyatakan ketidaksetujuannya terhadap peraturan ini. O’Neal berpendapat bahwa pemberlakuan age limit regulation adalah suatu peraturan dengan tingkat rasisme berlebihan, yang ditujukan kepada para atlet berkulit hitam [memang mayoritas pelaku basket di Amerika adalah ras Afrika-Amerika]. Menurutnya pula, jika seorang remaja dipaksa untuk bergabung dengan militer Amerika dan pergi berperang di usia 18 tahun, lalu mengapa untuk bermain basket saja mereka harus menunggu lebih lama?

Lalu ada juga yang berspekulasi bahwa cidera-cidera fatal yang terjadi pada Greg Oden, Shaun Livingston, Eddy Curry, dan Darius Miles, dapat dihindari jika mereka tidak memutuskan untuk langsung masuk ke NBA di usia muda. Diharapkan dengan bertransisi lebih dahulu dengan level permainan di NCAA, mereka bisa mempersiapkan fisik dan mental untuk menghindari kemungkinan terjadinya cidera yang mereka derita saat ini. Di samping itu, mereka akan mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan di universitas dengan beasiswa yang ditawarkan kepada mereka, karena banyak dari para atlet yang berangkat dari keluarga dengan status miskin. Memang Kobe, Rashard serta Garnett, niscaya bisa mempelajari nuansa [dari] level permainan pro secara cepat, dengan cara terjun ke NBA di usia muda. Namun menghabiskan waktu dua tahun di kampus akan selalu menjadi sebuah bonus ketika mereka beranjak dewasa. Lagi-lagi iming-iming gaji jutaan dolar dari para klub di NBA menjadi pertimbangan para pemain untuk segera memperbaiki taraf hidup mereka, dengan langsung bermain di NBA setelah lulus SMU.

Dalam dunia nyata, seseorang dapat bekerja ketika masih berusia 18 tahun. Saya tahu disinilah sebagian dari anda akan menjerit tentang betapa tidak fair-nya melarang anak berumur 18 tahun untuk bekerja mencari nafkah sesuai pilihannya. Namun bisnis mempunyai aturan dimana pun kita berada. Stern bahkan memberi contoh: jika anda ’mengetahui’ bagaimana cara menyetir mobil pada umur 13 atau 14 tahun, tetap saja anda tidak bisa membuat SIM [Surat Izin Mengemudi] sampai anda berumur 17 tahun. Batasan-batasan umur diperlakukan untuk mengatur hidup kita sesuai hukum. Pada kenyataannya, ada juga pemain yang mensiasati aturan age limit regulation ini dengan pergi bermain basket pro di luar negeri selama satu tahun [seperti yang Brandon Jennings lakukan], jika mereka tidak ingin pergi ke college setelah lulus SMU. Atau mereka bisa bermain di D-league selama satu tahun, sampai umur mereka cukup untuk masuk ke NBA.

Jika saja Michael Jordan tidak memilih North Carolina Tar Heels [sebagai jalur karirnya di NCAA] dan langsung melompat dari SMU ke NBA, apakah dia akan menjadi legenda seperti sekarang? Atau mungkin Jordan bisa menjadi pemain dengan skill yang jauh lebih baik? Apakah dengan bermainnya seorang Kwame Brown di NCAA akan membuatnya bermain seperti David Robinson? Apakah Shaun Livingston bisa menghindari kesialan-kesialannya dari cedera dengan bermain di NCAA? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Tapi alasan gagalnya para pemain yang langsung terjun ke NBA setelah lulus SMU bukan semata-mata karena mereka tidak bermain di NCAA ataupun umur. Ada banyak faktor mulai dari: skill mereka sendiri, kerja keras si pemain, kepribadian, serta lingkungan social, dan pergaulan mereka. Tidak menjadi jaminan bahwa pemain yang masuk ke NCAA akan sukses. Banyak juga nama-nama yang gagal. Memang ada nama sukses seperti Tim Duncan. Tapi mungkin kisah keberhasilan seorang Tim Duncan juga diikuti dengan kisah kegagalan 100 pemain NCAA lainnya [yang tidak berhasil bersinar atau bahkan menembus NBA sekalipun]. Ada pemain yang gagal di NBA karena skill mereka yang kurang, kepribadian mereka yang cepat puas, dan ketidakmampuan mereka untuk fokus pada tujuan.

Lalu bagaimana dengan lulusan-lulusan SMU yang sukses seperti: LeBron James, Dwight Howard, Kobe Bryant, Kevin Garnett? Apakah dengan mereka masuk ke NCAA menjadi tolak ukur kesuksesan seorang pemain di NBA? Ada sebuah kesamaan yang dialami pemain-pemain tersebut, yaitu kesulitan untuk bersinar di awal karir mereka [walaupun akhirnya mereka berhasil menjadi bintang karena memadukan kerja keras dan bakat yang dimiliki]. Mungkin, jika mereka bermain terlebih dahulu di NCAA, maka fondasi dasar basket mereka akan lebih kuat seperti Tim Duncan. Dan adaptasi yang mereka lalui [di kehidupan NBA yang serba glamour dan berlimpahkan uang] tidak akan sesulit pemain lain yang bermain di NCAA sebelumnya.

Menurut David Stern, pemberlakukan peraturan age limit regulation ini bukanlah tentang NCAA. Juga bukan merupakan pemaksaan dari program sosial apapun. Saya tidak tahu mengapa batasan umur untuk seseorang bisa mendapat SIM adalah 17 tahun. Yang jelas, siapapun yang menciptakan aturan tersebut telah berpikir bahwa seorang manusia baru mencapai tingkat kematangan di umur 17 tahun. Dan [dengan alasan yang hampir sama] keputusan bisnis untuk memberlakukan age limit regulation ini dibuat oleh NBA, agar pemain-pemain basket tersebut memiliki kematangan. Khususnya kematangan dalam olahraga basket. Adalah sebuah tingkat kematangan [seperti yang kita lihat pada kasus Kevin Garnett, ketika terjun ke NBA langsung dari SMU pada tahun 1995] yang bahkan tidak dimiliki oleh pemain dengan talenta super tinggi macam Garnett/Kobe sekalipun pada umur 18 atau 19 tahun. Jadi, karena sekarang peraturan tentang batasan umur sudah dijalankan, maka para pemain yang ingin bermain di NBA harus mengikutinya. Yang akan membedakan karir mereka di NBA nanti adalah kombinasi antara kerja keras dan kemampuan sang pemain itu sendiri.

You Might Also Like

0 komentar