Rivalitas Tim NBA Era '90

11.08

Selain Rivalitas antara Bulls-Pistons di era Michael Jordan, sebenarnya masih ada beberapa rivalitas lainnya yang serupa. Antara lain antara:

BULLS-JAZZ

Rivalitas Bulls dan Jazz hanya berumur dua musim, yaitu 1997 dan 1998. Melibatkan Dennis Rodman dan Karl Malone [bahkan sampai ke ring gulat professional ala WCW]. Bulls dengan rekor menang-kalah 69-13 bertemu dengan Utah Jazz di final NBA 1997. Mengesampingkan rekor menang-kalah Bulls, Jazz memberikan perlawanan berat dalam enam game. Bulls memenangi final NBA dengan skor 4-2.

Memasuki musim 1997-1998, Jazz berhasil meraih rekor menang kalah lebih baik dari Bulls [yang berimbas kepada home court advantage untuk Jazz]. Bulls mampu merebut kemenangan di kandang Jazz dan memenangkan dua game berikutnya. Memasuki game ke lima final NBA tahun 1998, Bulls seakan sudah akan memenangi seri dengan skor 4-1. Namun Jazz mengalahkan Bulls dan pertandingan final pun berlanjut ke kandang Jazz. Rivalitas ini diakhiri dengan moment yang diingat orang [mungkin jadi penutup karir yang indah, andai Jordan tidak melakukan comeback kedua kalinya ke tim Wizards], yaitu saat Jordan melakukan steal dari tangan Malone, dan melakukan tembakan dua angka [hellooo Bryon Russel?] pada waktu tersisa lima detik. Tembakan yang membawa Bulls meraih three-peat keduanya sekaligus terakhir.

BULLS-KNICKS

Dimulai pada musim 1991-1992, Knicks muncul sebagai kekuatan baru [menggantikan Pistons yang pemainnya sudah mulai menua] yang siap menghadang Bulls. Jordan Rules juga sempat digunakan oleh tim New York Knicks saat rivalitas antara Knicks-Bulls naik ke permukaan di awal era 90-an [namun tidak seefektif yang dilakukan oleh Pistons]. Knicks mampu memaksa Bulls bermain sampai tujuh game. Seri ini menjadi panas dengan melibatkan bintang-bintang seperti Jordan dan Pippen [Bulls] dengan Xavier McDaniel dan Greg Anthony [Knicks] yang beradu mulut. Persaingan berlanjut di musim berikutnya. Knicks [yang memiliki rekor menang kalah lebih baik dari Bulls] kembali bertemu Chicago Bulls di babak final wilayah Timur, kali ini dengan home court advantage. Meski kalah di dua game pertama, secara mengejutkan Bulls merebut tiga game beruntun [termasuk kemenangan vital 97-94 di game ke lima] untuk meraih kemenangan 4-2. Yang menjadi highlight dari seri ini adalah gerakan John Stark yang melakukan dunk melewati Jordan dan beberapa pemain Bulls lainnya. Knicks kembali bertemu Bulls pada musim 1993-1994 di babak kedua wilayah Timur. Jordan justru cenderung tampil luar biasa saat melawan Knicks [suatu hal yang bertolak belakang ketika Jordan bertemu dengan Pistons]. Siapa yang tidak ingat torehan 55 angka Jordan saat melawan Knicks?

Tanpa Michael Jordan yang mengundurkan diri dari NBA di dua musim berikutnya, Bulls akhirnya dikalahkan Knicks 3-4. Knicks sendiri maju ke final NBA untuk bertemu Rockets. Sekembalinya Jordan dari masa pensiun, Bulls hanya sekali bertemu dengan Knicks di musim 1995-1996.

KNICKS-HEAT

Mereka memang bukan Chicago Bulls, tetapi persaingan mereka sama ketat dan sama panasnya dengan rivalitas Bulls-Pistons. Jika aktor utama rivalitas Bulls-Pistons adalah Jordan dan Thomas, maka Knicks-Heat hanya melibatkan satu nama, Pat Riley. Pat Riley, yang pernah melatih Knicks di musim-musim sebelumnya [termasuk membawa Knicks ke final NBA], memutuskan untuk menangani Heat pada tahun 1995. Kemiripan cara bermain kedua tim [karena dilatih oleh orang yang sama] membuat persaingan semakin panas. Puncak dari persaingan ini terjadi di babak ke dua NBA Playoffs 1997, yang menghasilkan perkelahian pemain antara: Patrick Ewing, Allan Houston, John Starks, dan Larry Johnson. Perkelahian dimulai ketika PJ Brown [Heat] berebut bola dengan Charlie Ward [Knicks]. Masing-masing tidak mau melepaskan tangan mereka dari bola, sehingga PJ Brown mengangkat dan membanting bola yang masih dipegang Charlie Ward. Badan Charlie otomatis ikut terangkat dan terjatuh karena tangan Charlie masih berpegangan pada bola. Banyak spekulasi yang timbul dari insiden ini, salah satu teorinya adalah: insiden tersebut merupakan taktik Riley untuk memenangkan seri Knicks vs Heat. Rumor mengatakan karena Heat tidak bisa mengalahkan Knicks dalam kondisi full-team, maka Riley ingin memprovokasi pemain-pemain Knicks terlebih dahulu agar terjadi keributan, sehingga pemain-pemain Knicks dikeluarkan karena berkelahi [Ewing, Houston, Larry Johnson, John Starks, dan Ward dilarang bermain untuk beberapa game akibat berkelahi].

Hal ini memuluskan jalan Heat untuk maju ke final wilayah Timur menghadapi Chicago Bulls. Rivalitas ini berlanjut ke musim 1998, dimana Heat [yang menempati posisi ke dua] menghadapi Knicks di babak pertama. Kali ini Knicks sukses membalas kekalahan tahun lalu dari Heat, dengan skor 3-2. Hal yang paling diingat dari seri ini adalah perkelahian di game ke empat, yang melibatkan Alonzo Mourning dan Larry Johnson [ironisnya mereka pernah bermain bersama di Charlotte Hornets]. Orang tidak akan pernah lupa dengan gambar Jeff van Gundy yang merangkul kaki dari Alonzo Mourning untuk memisahkannya dari Larry Johnson. Knicks melakukan suatu hal yang luar biasa pada musim 1999, Knicks [yang berada di posisi ke delapan] berhasil mengalahkan Heat [pada posisi nomor satu] di babak pertama Playoffs. Belum pernah ada tim peringkat ke delapan yang mampu menang melawan tim peringkat pertama [dalam format best of seven series] dalam sejarah NBA saat itu. Knicks bukan hanya mengalahkan tim peringkat pertama, tetapi juga mampu maju sampai ke final NBA [sebelum akhirnya dikandaskan Spurs 1-4].

Neilson Gautama

NBA Presenter

You Might Also Like

0 komentar